400-an Siswa SMP di Buleleng Tak Bisa Baca dan Tulis, Ada Apa dengan Pendidikan di Buleleng?

 



Bupati Buleleng dr I Nyoman Sutjidra


SUARABERITAINDONESIA.COM

SINGARAJA – Kota Singaraja mengklaim diri sebagai Kota Pendidikan di Bali, namun muncul semua informasi yang mencengangkan publik. Ternyata di balik kliam Kota Singaraja sebagai Kota Pendidikan, terdapat 400-an siswa SMP di Kabupaten Buleleng tidak bisa membaca dan menulis.


Aneh nan ajaib memang! Ada apa dengan pendidikan di Buleleng? Benarkah disleksia atau kegagalan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng. 


Bupati Buleleng dr I Nyoman Sutjidra mengatakan, anak-anak setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Buleleng yang dinyatakan tidak bisa baca, tulis bahkan menghitung mengalami gangguan belajar yang mengakibatkan anak kurang memahami kosakata, kalimat, membaca, dan memahami bahan bacaan atau disebut disleksia.


Dari Dewan Pendidikan Buleleng memberikan masukan ada sekitar 400 anak SMP tidak bisa baca. Sebetulnya itu diseleksia bukan tidak bisa membaca, mengalami kesulitan. Artinya mengalami masalah dalam proses belajar,” kata Bupati Sutjidra, Rabu (9/4/2025)


Bupati Sutjidra mengaku akan membuat pendidikan jarak jauh di setiap kecamatan dengan akan mendata ulang untuk dilakukan penyetaraan. Selain itu, Bupati Sutjidra mengaku akan melakukan pendalalaman atas kondisi itu dengan kemungkinan penyebabnya soal kemiskinan.


Kita masih mereka-reka (penyebabnya) Apakah karena tidak mampu, tidak tau atau tidak mau. Ada anak-anak yang tidak mau dan ini yang berat karena mereka sudah diajak bekerja oleh orang tuanya keluar daerah. Sedang kalau penyebabnya ketidak mampuan jelas akan kita bantu,” jelas Bupati Sutjidra.


Hanya saja ketika ditanya apa itu kegagalan Disdispora Buleleng, Bupati Sutjidra membela Disdikpora. Dia membantah ketidak mampuan anak-anak dapat membaca dan menulis tersebut bukan akibat kegagalan Disdikpora (pemerintah) dalam mengentaskan buta aksara. Karena tidak semua anak-anak tersebut tidak bisa baca tulis dapat disebabkan kecenderungan disleksia.


Kami ingin mendapatkan data riilnya, berapa sih sebenarnya. Karena data 400 anak yang disebutkan berpotensi putus sekolah dan ini yang akan digarap dengan program penyetaraan baik setingkat SMP maupun SMA,” janjinya.


Karena itu, dalam 100 hari pemerintahannya, Bupati Sutjidra mengaku akan mendorong agar dilakukan perbaikan termasuk pemberian seragam sekolah gratis untuk siswa merupakan bagian dari upaya tesebut.


Banyak anak-anak malu sekolah karena tidak memiliki seragam, karena sepatu robek, tidak punya tas sekolah,nah ini yang akan kita selesaikan dalam 100 hari kedepan,” tandasnya.


Sebelumnya, Ketua Dewan Pendidikan Buleleng I Made Sedana dalam pernyataannya menyebut ratusan siswa pada SMP di Buleleng tidak bisa membaca disebabkan karena berbagai macam faktor. Menurut Sedana bersama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng sempat menghimpun data bahwa hampir sekitar 400 orang anak lebih masih bermasalah pada bidang membaca dan mengeja. Bahkan banyak di antaranya tidak bisa membaca sama sekali.


Ed : 400-an Siswa SMP di Buleleng Tak Bisa Baca dan Tulis, Ada Apa dengan Pendidikan di Buleleng?

Bupati Buleleng Sutjidra: Anak-anak Tersebut Mengalami Disleksia.




Dari Dewan Pendidikan Buleleng memberikan masukan ada sekitar 400 anak SMP tidak bisa baca. Sebetulnya itu diseleksia bukan tidak bisa membaca, mengalami kesulitan. Artinya mengalami masalah dalam proses belajar,” kata Bupati Sutjidra.



Singaraja – Suara Berita Indonesia. Com - Kota Singaraja mengklaim diri sebagai Kota Pendidikan di Bali, namun muncul semua informasi yang mencengangkan publik. Ternyata di balik kliam Kota Singaraja sebagai Kota Pendidikan, terdapat 400-an siswa SMP di Kabupaten Buleleng tidak bisa membaca dan menulis.


Aneh nan ajaib memang! Ada apa dengan pendidikan di Buleleng? Benarkah disleksia atau kegagalan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng. 


Bupati Buleleng dr I Nyoman Sutjidra mengatakan, anak-anak setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Buleleng yang dinyatakan tidak bisa baca, tulis bahkan menghitung mengalami gangguan belajar yang mengakibatkan anak kurang memahami kosakata, kalimat, membaca, dan memahami bahan bacaan atau disebut disleksia.


Dari Dewan Pendidikan Buleleng memberikan masukan ada sekitar 400 anak SMP tidak bisa baca. Sebetulnya itu diseleksia bukan tidak bisa membaca, mengalami kesulitan. Artinya mengalami masalah dalam proses belajar,” kata Bupati Sutjidra, Rabu (9/4/2025)


Bupati Sutjidra mengaku akan membuat pendidikan jarak jauh di setiap kecamatan dengan akan mendata ulang untuk dilakukan penyetaraan. Selain itu, Bupati Sutjidra mengaku akan melakukan pendalalaman atas kondisi itu dengan kemungkinan penyebabnya soal kemiskinan.


Kita masih mereka-reka (penyebabnya) Apakah karena tidak mampu, tidak tau atau tidak mau. Ada anak-anak yang tidak mau dan ini yang berat karena mereka sudah diajak bekerja oleh orang tuanya keluar daerah. Sedang kalau penyebabnya ketidak mampuan jelas akan kita bantu,” jelas Bupati Sutjidra.


Hanya saja ketika ditanya apa itu kegagalan Disdispora Buleleng, Bupati Sutjidra membela Disdikpora. Dia membantah ketidak mampuan anak-anak dapat membaca dan menulis tersebut bukan akibat kegagalan Disdikpora (pemerintah) dalam mengentaskan buta aksara. Karena tidak semua anak-anak tersebut tidak bisa baca tulis dapat disebabkan kecenderungan disleksia.


Kami ingin mendapatkan data riilnya, berapa sih sebenarnya. Karena data 400 anak yang disebutkan berpotensi putus sekolah dan ini yang akan digarap dengan program penyetaraan baik setingkat SMP maupun SMA,” janjinya.


Karena itu, dalam 100 hari pemerintahannya, Bupati Sutjidra mengaku akan mendorong agar dilakukan perbaikan termasuk pemberian seragam sekolah gratis untuk siswa merupakan bagian dari upaya tesebut.


Banyak anak-anak malu sekolah karena tidak memiliki seragam, karena sepatu robek, tidak punya tas sekolah,nah ini yang akan kita selesaikan dalam 100 hari kedepan,” tandasnya.


Sebelumnya, Ketua Dewan Pendidikan Buleleng I Made Sedana dalam pernyataannya menyebut ratusan siswa pada SMP di Buleleng tidak bisa membaca disebabkan karena berbagai macam faktor. Menurut Sedana bersama dengan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Buleleng sempat menghimpun data bahwa hampir sekitar 400 orang anak lebih masih bermasalah pada bidang membaca dan mengeja. Bahkan banyak di antaranya tidak bisa membaca sama sekali.  ( Herman Soetiady )

Posting Komentar untuk "400-an Siswa SMP di Buleleng Tak Bisa Baca dan Tulis, Ada Apa dengan Pendidikan di Buleleng?"